Pernahkah anda mendengar istilah Hirsutisme?
Hirsutisme merupakan keadaan dimana terdapat pertumbuhan rambut yang berlebihan ditempat yang tidak seharusnya biasanya terjadi pada wanita. Tentunya hal ini sangat mengganggu penampilan. Mengapa hal ini terjadi? Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya hisrutisme yaitu produksi androgen yang berlebihan, meningkatnya sensitifitas folikel rambut terhadap androgen dan meningkatnya konversi atau perubahan androgen. Ketiga faktor tersebut banyak dijumpai pada keadaan Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH), Adrenal adenomas atau carcinomas, penyakit Cushing, ovarium polikistik (72%), tumor ovarium, efek obat seperti minoksidil, fenitoin, obat steroid (pil kontrasepsi oral, DHEA), hirsutisme idiopatik.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hirsutisme dapat menggunakan metode seperti gambar dibawah ini. Skor Ferriman-galwey menilai tingkat hirsutisme sesuai tingkat hirsutisme dan dinilai berdasarkan penjumlahan angka dari 1 sampai 4. dikatakan hirsutisme jika skornya lebih dari 6.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab hirsutisme yaitu:
- Testosteron merupakan parameter aktivitas adrenal dan ovarium
- DHAS merupakan parameter aktivitas adrenal
- 3α-AG (androstenediol glukoronida) merupakan parameter aktivitas jaringan target perifer
Dengan meningkatnya sekresi androgen ovarium maka kadar testosteron serum meningkat sehingga memacu aktifitas 5α-reduktase mengakibatkan pembentukan DHT meningkat. DHT inilah yang menyebabkan perubahan vellus menjadi rambut terminal.
Ada berbagai macam cara pengobatan yang dapat dipilih yaitu:
- Kombinasi hormonal supresi (kontrasepsi oral, long acting GnRH analog dan insulin)
- Antiandrogen perifer (spironolactone, flutamide, cyproterone acetate, atau finasteride)
- Elektrolisis dan pemotongan rambut dengan laser
Obat-obat yang digunakan untuk terapi hisrutisme
Cyproterone acetate
Merupakan antagonis reseptor androgen pertama bekerja melalui kompetisi dengan DHT untuk berikatan dengan reseptor androgen serta mengurangi aktivitas 5a-reduktase di kulit. Obat ini memiliki efek lain berupa efek kontrasepsi (mencegah kehamilan) melalui penghambatan sekresi gonadotropin sehingga terjadi supresi sekresi testosteron ovarium. Obat ini diberikan 50-100 mg/hari pada hari 1 – 10 siklus menstruasi, dikombinasikan dengan estrogen oral pada hari 1 – 21 siklus menstruasi dan terbukti efektif pada 50-74% wanita hirsutisme. Efek samping yang dapat timbul berupa penurunan libido, depresi mental, dan hepatotoksik (jarang terjadi)
Finasteride
Merupakan antiandrogenik terbaru bekerja dengan mengambat aktivitas 5α-reduktase tipe 2 sehingga memblok konversi testosteron menjadi dihydrotestosterone. Keberhasilan dengan terapi ini 21-45% terapi. Dosis 5 mg oral/hari, 3 bulan s/d 1 tahun. Efek samping sangat minimal: sakit kepala, gangguan gastrointestinal, dan kenaikan testosterone total
Spironolakton
Obat ini merupakan antagonis aldosterone sebagai diuretik pada terapi hipertensi. Selain memiliki efek diuretik obat ini juga memiliki efek antiandrogenik perifer pada folikel rambut. Obat ini menempati reseptor androgen sehingga menggantikan DHT pada reseptor cytosol. Obat ini juga menghambat cytochrome P450 monooxygenase sehingga biosintesis androgens menurun dan akhirnya kadar testosterone menurun. Dosis pemberiannya 200 mg per hari. Efek samping yang dapat timbul diuresis sementara, polidipsi, gangguan siklus menstruasi, penegangan payudara, dan kelelahan.
Flutamide
Merupakan Antiandrogen nonsteroid poten-spesifik pada tingkat reseptor. Keuntungan obat ini adalah tidak adanya efek samping hormonal intrinsik ataupun aktifitas antigonadotropin. Dosis 250 mg 1–3 kali sehari sangat efektif untuk pengobatan hirsutisme sedang sampai berat Efek samping: hepatotoksisitas, penurunan nafsu makan, amenorrhea, penurunan libido, atau kulit kering, teratogenik
Dari beberapa penelitian pada penggunaan obat-obat tersebut diatas setelah terapi jangka panjang (6 bulan hingga satu tahun), hanya ada sedikit perbedaan klinis pada efikasi obat-obat yang digunakan untuk terapi hirsutisme (obat kontrasepsi oral, spironolakton, flutamide, dan finasteride). Tidak dapat disimpulkan bahwa salah satu antiandrogen tersebut lebih baik dibandingkan yang lain. Pilihan tergantung dari biaya dan efek samping yang ditimbulkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar